Siti Aisyah Pulungan kini menjadi buah bibir. Masa kecil bocah 8 tahun
asal Medan ini, tak seindah anak-anak lain. Tiga tahun dihabiskan Aisyah
tinggal di atas becak di depan Masjid Raya Al-Mahsun, Jalan
Sisingamangaraja, Medan. Ia hidup bersama ayahnya, Muhammad Nawawi
Pulungan, yang hanya bisa terbaring lemas diatas becak akibat penyakit
paru-paru. Setiap hari, Aisyah harus menyelinap ke toilet masjid agar
bisa mendapat air dan membilas handuk untuk membersihkan badan ayahnya.
Dengan tulus, Aisyah merawat sang ayah sambil tak lupa memeriksa
persediaan obat.
Kenyataan pahit ini Aisyah lakoni tanpa keluhan, demi cintanya yang begitu besar pada sang ayah. Sang ibu meninggalkan setelah Nawawi dipecat dari pekerjaanya sebagai sopir mobil box 5 tahun lalu. Setelah tiga tahun hidup prihatin, perhatian mulai mengalir dan bantuan datang dari berbagai pihak sehingga Nawawi Pulungan kini dirawat di Rumah Sakit Pringadi Medan.
Perhatian untuk masa depan Aisyah juga mengalir sehingga kini ia bersekolah kembali. Sudah sepatutnya bocah berhati mulia seperti Aisyah mendapat perhatian agar kelak hidupnya bahagia.
Kenyataan pahit ini Aisyah lakoni tanpa keluhan, demi cintanya yang begitu besar pada sang ayah. Sang ibu meninggalkan setelah Nawawi dipecat dari pekerjaanya sebagai sopir mobil box 5 tahun lalu. Setelah tiga tahun hidup prihatin, perhatian mulai mengalir dan bantuan datang dari berbagai pihak sehingga Nawawi Pulungan kini dirawat di Rumah Sakit Pringadi Medan.
Perhatian untuk masa depan Aisyah juga mengalir sehingga kini ia bersekolah kembali. Sudah sepatutnya bocah berhati mulia seperti Aisyah mendapat perhatian agar kelak hidupnya bahagia.