hello

Monday, 1 December 2014

Iklan, Nilai Kontrak Chevron cuma 600 Milyar?

Sejak beberapa waktu lalu, serial iklan Chevron bertema “Kami Setuju” kembali gencar ditayangkan oleh media teve dan media cetak utama Indonesia. Serial iklan yang sebenarnya sudah mulai tayang sejak beberapa tahun lalu tersebut, kembali rajin menyapa indra pemirsa Indonesia. Tidak sekedar menjadi tayangan pasif, iklan tersebut kembali dikemas sebagai program online melalui microsite www.chevron.com/kamisetuju sehingga memiliki dampak viral bagi audience yang ingin turut berpartisipasi memberikan dukungannya.
 
Melalui serial iklan ini, Cevron menantang audiens untuk melihat apa yang bisa disetujui khalayak untuk masa depan yang lebih baik. Khusus untuk versi bahasa menampilkan dua topik utama yaitu: “Bersama Kita Majukan Indonesia” dan “Kembangkan Potensi Energi Indonesia Melalui Inovasi.
Dus, melalui serial iklan ini, sepertinya Chevron berhasil meraup banyak dukungan secara online. Tercatat lebih dari 500 ribuan netter di seluruh dunia menyatakan setuju pada statement Chevron.

Chevron Anggap Kita Tolol?

Kemunculan serial iklan Chevron “Kami Setuju” di media ini sontak membuat banyak suara minir malah mengemuka. Seorang netter bernama Ricky Sanjaya dengan gemas menyatakan, ”Pasal 33 (3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Negara kita menguasai tapi ga bisa mengelola, rakyat sendiri ga diberi ijin untuk mengelola malah diberikan ke perusahaan asing. Sekarang dia buat iklan gini sebenarnya bener-bener arogan menunjukkan bahwa “kami menguras kekayaan alammu demi kebaikan kalian”. Dikira orang Indonesia tolol apa?”

Netter lainnya berjuluk Exco Prayitno mengamini hal tersebut. “Iklan ini secara tidak langsung membodohi kita. Mereka (Chevron) menguras minyak dan gas bumi  kita. Mereka menjual mentah keluar negeri kemudian disini dijual di sini dengan harga mahal. Kemudian pemerintah mensubsidinya dengan lebih dari 300 trilliun hanya untuk BBM.  Kita yang punya kenapa mesti kita yang harus membeli dengan harga mahal? Chevron (Amerika) semakin kaya, sedangkan kita makin menderita dengan knaikan BBM. Iklan itu terlihat bagus tapi dibalik itu ada penjajahan,” tulisnya tegas.
Tak hanya komentar pendek, sebuah account bernama, Adam Malik, secara panjang lebar mengungkapkan kegusarannya. Menurutnya iklan ini adalah pembodohan dan pembohongan massal terhadap rakyat Indonesia.
Memang dalam iklan tersebut seolah-olah Chevron sudah sangat banyak berbuat untuk pembangunan di Indonesia. Seolah-olah perusahaan itu sudah dapat mensejahterakan sangat banyak masyarakat Indonesia.
Menurutnya logika apa yang bisa menjadikan Chevron seolah-olah menjadi pahlawan pembangunan Indonesia? Jika dilihat dari bisnisnya, PT. Chevron Pacific Indonesia, yang merupakan nama baru dari Caltex Pacific Indonesia dan Unocal Indonesia adalah perusahaan di sektor hulu. Mereka mengambil dan mengolah minyak serta gas bumi, kemudian dijual dalam bentuk minyak mentah ke berbagai kilang minyak.
Di Indonesia hasil produksi mereka kebanyakan atau keseluruhan diolah sendiri dan sebagian per periode tertentu dijual juga ke kilang milik Pertamina. Untuk gas, sejauh yang kita ketahui, diubah ke bentuk cair dan dikirim menggunakan kapal untuk para perusahaan pembelinya langsung karena tidak ada pipa gas yang langsung ke konsumen dari lapangan Chevron.

Dus, kalau bisnisnya adalah hulu, artinya PT.CPI tidak langsung menjual produknya ke konsumen retail. Bagaimana mungkin iklan yang disampaikan sudah dapat menjual produk yang efisien yang mensejahterakan masyarakat.
Secara geram, account ini juga mengurai dengan detail keburukan-keburukan yang pernah dilakukan Chevron. Semisal kasus di Bandung, eksplorasi ilegal di lahan konservasi dengan alibi mendapatkan izin mengekplorasi sumur lama bukan sumur baru. (jangan membodohi orang Indonesia) dan PT.CPI telah melanggar UU Nomor 5 Tahun 1990 kata Ketua Forum Penyelamat Lingkungan Hidup Jawa Barat.
Tak hanya kasus nasional, account ini juga menjlentrehkan kasus negatif Chevron di Di Equador, dimana Chevron Corp mencemari hutan Amazon dikenai denda sebesar US$18 miliar (sekitar Rp.165 trliun) dan sudah divonis putusannya tanggal 14 Februari 2011 lampau. Juga kasus di Brazil, dimana Chevron Corp dianggap merusak lingkungan sehingga pengawas industri minyak Brazil mengeluarkan denda yang cukup besar terhadap perusahaan Chevron Corp untuk tumpahan minyak di lapangan lepas pantai.
Secara blak-blakkan account ini juga menyamakan kehadiran Chevron di Indonesia seperti laiknya VOC di zaman colonial lampau. “Kalau VOC zaman penjajahan Belanda, mereka membuat jalan, membuat rel kereta api, membuat perkotaan baru, membeli hasil pertanian rakyat dan terjadi hampir di seluruh Indonesia. Jadi kehadiran Chevron di Indonesia tidak akan lebih baik dari kehadiran VOC. Akan tetapi iklan yang disampaikan di media elektronika seolah-olah lebih hebat dari VOC zaman Belanda dulu. Janganlah menipu rakyat Indonesia.”
Lalu kenapa Chevron kembali gencar menayangkan serial iklannya yang jelas-jelas sebelumnya telah menuai kritikan? Bahkan gara-gara iklan Chevron ini kegeraman khalayak terhadap pemerintah RI sendiri juga tersulut. Makian-makian akan kebodohan pemerintah yang bagai kerbau dicocok hidungnya oleh investor asing kembali mengemuka.
Seorang netter bernama Cecep Nela mencoba mengingatkan pemerintah dengan mengutip pesan Soekarno yang khusus menyinggung kekayaan Indonesia akan minyak tersebut. “Jangan biarkan emas hitam dikelola oleh asing. Tunggu sampai anak-anak bumi putera mampu mengelolanya sendiri.”
Ada pula netter yang seakan mewakili kefrustasian masyarakat menyatakan, ”Lebih baik tidak punya minyak dari pada banyak minyak banyak pula mafianya,” tulisnya pasrah.
Menurut praktisi dan konsultan periklanan senior, Subiakto Priosoedarsono, iklan chevron itu mengamankan kepentingan dengan kebohongan yang diulang-ulang sehingga menjadi kebenaran yang diakui masyarakat.
Boleh jadi melihat kegencaran dan kengototan Chevron dalam menayangkan serial iklan-iklannya di atas, pernyataan Subiakto benar adanya. Dengan penayangan yang massif dan gencar, niscaya pandangan negatif masyarakat terhadap Chevron akan berubah menjadi simpati. Setuju?
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger