Jejak Andil Orang Pariaman dalam Pembentukan Kota Pekanbaru:
Datuk Empat Suku Pembentuk Kota Pekanbaru nyaris tidak
pernah kita dengar gaungnya, dalam slogan kota Pekanbaru saat ini kita hanya
mengenal slogan Kota Bertuah, Kota Madani, Kota Kita dan lain-lain, padahal
dalam budaya orang Timur, silsilah sangat penting untuk dirunut. Dalam budaya
Indonesia sering disebut bangkai yang bernyawa adalah orang yang tidak tahu
asal usulnya, kalau diistilahkan “Keatas tak Berpucuk, Kebawah Tak Berakar, ke
samping tak Bertaut”. Karena itu istilah tersebut harus kita jauhi dengan
mengenal sejarah pembentukan Kota Pekanbaru.
Ada beberapa orang mengatakan hanya satu andil dalam
pembentukan kota Pekanbaru, yakni masyarakat suku tertentu, kalau dilihat dari
sejarah, suku Sakai lah yang pertama membangun kawasan di sekitar Pekanbaru,
hal ini dapat dilihat ketika Raja Siak mengundangkan Babul Qawaid bahwa di
Senapelan adalah sebuah kebatinan.
Kebatinan adalah istilah untuk penguasa lokal yang turun temurun untuk
suku Sakai.
Sedangkan daerah Payung Sekaki adalah daerah yang merupakan
pindahan dari Senapelan, namun nama ini tetap tidak dikenal oleh pedagang jaman
itu, dan nama Senapelan lebih mengemuka.
Besar kemungkinan Payung Sekaki adalah nama yang diberikan Sultan Siak,
namun karena Batin Sakai lebih menguasai daerah tersebut nama Senapelan tetap
berkibar.
Selanjutnya pada 23 Jun 1784 berdasarkan mesyuarat
datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah
Datar, dan Kampar)
nama Senapelan diganti menjadi Pekan Baharu. Yang menjadi Pertanyaan adalah
mengapa ke-empat orang ini bisa meresmikan pemberian nama kota (pekan) yang
baru padahal mereka bukanlah raja. Hal ini dijawab bahwa dalm Struktur kerajaan
Siak dalam BABUL QAWAID bahwa kepala suku dalam pemerintahan Siak adalah Cuma
datuk yang berempat tersebut. Hal ini menunjukkan besar kuasanya para datuk
tersebut dan juga besarnya masyarakat dari keempat suku tersebut, selain dari
Batin yang dijabat suku Sakai dan Raja yang dijabat suku Malayu.
Nama keempat datuk tsb:
1. Datuk Sri Pekermaja (Kepala Suku Tanah Datar)
2. Datuk Sri Bijuangsa (Kepala Suku Lima Puluh)
3. Datuk Sri Dewaraja (Kepala Suku Pesisir)
4. Datuk Amir Pahlawan (Kepala Suku Kampar)
1. Datuk Sri Pekermaja (Kepala Suku Tanah Datar)
2. Datuk Sri Bijuangsa (Kepala Suku Lima Puluh)
3. Datuk Sri Dewaraja (Kepala Suku Pesisir)
4. Datuk Amir Pahlawan (Kepala Suku Kampar)
Yang menjadi bahasan Admin disini adalah Siapakah yang
disebut Datuk Sri Dewaraja (Kepala Suku Pesisir) tersebut?..
Pada tahun 1784 tersebut sudah 172 tahun sejak Raja Kecik
mendirikan Kerajaan Siak, artinya saat orang-orang Minangkabau yang ada di
Johor dan jadi Pejabat di Johor sudah 172 tahun pula pindah ke Siak. Perebutan
Tahta antara Raja Kecik dan Sultan Johor yang diangkat Daeng Kemboja membuat bai’at orang Laut dan Bai’at
orang Minangkabau pindah ke Siak.
Datuk Sri Dewaraja adalah sebutan untuk kepala suku Pesisir,
Pesisir disini artinya adalah Pesisir Minangkabau Barat, dimana dalam adat
Minangkabau disebutkan asal orang Minangkabau adalah dari Darat (darek) yakni
sekitar wilayah Batusangkar-Pagarruyung).
Penguasaan Kerajaan Aceh atas wilayah Minangkabau telah
membelah Adat Minangkabau di Pesisir Barat menjadi berbau Aceh, hal ini dibuktikan
tidak adanya Rumah Adat di daerah Pesisir dan sebutan bagi Orang Pesisir yang
bergelar Datuk dan Panglima Aceh (Marah, Bagindo, Sidi, dll).