hello

Wednesday 24 February 2016

Jejak Sejarah Orang Pariaman dalam Pembentukan Kota Pekanbaru

Jejak Andil Orang Pariaman dalam Pembentukan Kota Pekanbaru:

Datuk Empat Suku Pembentuk Kota Pekanbaru nyaris tidak pernah kita dengar gaungnya, dalam slogan kota Pekanbaru saat ini kita hanya mengenal slogan Kota Bertuah, Kota Madani, Kota Kita dan lain-lain, padahal dalam budaya orang Timur, silsilah sangat penting untuk dirunut. Dalam budaya Indonesia sering disebut bangkai yang bernyawa adalah orang yang tidak tahu asal usulnya, kalau diistilahkan “Keatas tak Berpucuk, Kebawah Tak Berakar, ke samping tak Bertaut”. Karena itu istilah tersebut harus kita jauhi dengan mengenal sejarah pembentukan Kota Pekanbaru.
Ada beberapa orang mengatakan hanya satu andil dalam pembentukan kota Pekanbaru, yakni masyarakat suku tertentu, kalau dilihat dari sejarah, suku Sakai lah yang pertama membangun kawasan di sekitar Pekanbaru, hal ini dapat dilihat ketika Raja Siak mengundangkan Babul Qawaid bahwa di Senapelan adalah sebuah kebatinan.  Kebatinan adalah istilah untuk penguasa lokal yang turun temurun untuk suku Sakai.

Sedangkan daerah Payung Sekaki adalah daerah yang merupakan pindahan dari Senapelan, namun nama ini tetap tidak dikenal oleh pedagang jaman itu, dan nama Senapelan lebih mengemuka.  Besar kemungkinan Payung Sekaki adalah nama yang diberikan Sultan Siak, namun karena Batin Sakai lebih menguasai daerah tersebut nama Senapelan tetap berkibar.
Selanjutnya pada 23 Jun 1784 berdasarkan mesyuarat datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar) nama Senapelan diganti menjadi Pekan Baharu. Yang menjadi Pertanyaan adalah mengapa ke-empat orang ini bisa meresmikan pemberian nama kota (pekan) yang baru padahal mereka bukanlah raja. Hal ini dijawab bahwa dalm Struktur kerajaan Siak dalam BABUL QAWAID bahwa kepala suku dalam pemerintahan Siak adalah Cuma datuk yang berempat tersebut. Hal ini menunjukkan besar kuasanya para datuk tersebut dan juga besarnya masyarakat dari keempat suku tersebut, selain dari Batin yang dijabat suku Sakai dan Raja yang dijabat suku Malayu.
Nama keempat datuk tsb:

1. Datuk Sri Pekermaja (Kepala Suku Tanah Datar)

2. Datuk Sri Bijuangsa (Kepala Suku Lima Puluh)

3. Datuk Sri Dewaraja (Kepala Suku Pesisir)

4. Datuk Amir Pahlawan (Kepala Suku Kampar)
Yang menjadi bahasan Admin disini adalah Siapakah yang disebut Datuk Sri Dewaraja (Kepala Suku Pesisir) tersebut?..
Pada tahun 1784 tersebut sudah 172 tahun sejak Raja Kecik mendirikan Kerajaan Siak, artinya saat orang-orang Minangkabau yang ada di Johor dan jadi Pejabat di Johor sudah 172 tahun pula pindah ke Siak. Perebutan Tahta antara Raja Kecik dan Sultan Johor yang diangkat Daeng  Kemboja membuat bai’at orang Laut dan Bai’at orang Minangkabau pindah ke Siak.
Datuk Sri Dewaraja adalah sebutan untuk kepala suku Pesisir, Pesisir disini artinya adalah Pesisir Minangkabau Barat, dimana dalam adat Minangkabau disebutkan asal orang Minangkabau adalah dari Darat (darek) yakni sekitar wilayah Batusangkar-Pagarruyung).

Penguasaan Kerajaan Aceh atas wilayah Minangkabau telah membelah Adat Minangkabau di Pesisir Barat menjadi berbau Aceh, hal ini dibuktikan tidak adanya Rumah Adat di daerah Pesisir dan sebutan bagi Orang Pesisir yang bergelar Datuk dan Panglima Aceh (Marah, Bagindo, Sidi, dll).
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger