Akhir Milenium, Roda Sejarah membuat Suku Laut harus bertransformasi dalam tatanan sosial masyarakat baru. Perwujudan Indonesia, dan hegemoni Inggris di Malaysia membuat mereka harus menyesuaikan diri dengan identitas baru, melayu, dan budaya geografis baru Indonesia, atau Malaysia, benarkah?...
Siapakah yang disebut Orang Laut?
Suku Laut atau sering juga disebut Orang Laut adalah suku bangsa yang menghuni Kepulauan Riau, Indonesia. Secara
lebih luas istilah Orang Laut mencakup "berbagai suku dan kelompok yang bermukim di pulau-pulau dan
muara sungai di Kepulauan Riau-Lingga, Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, dan
pesisir dan pulau-pulau di lepas pantai Sumatera Timur dan Semenanjung
Malaya bagian selatan.
Sebutan lain untuk
Orang Laut adalah Orang Selat. Orang Laut
kadang-kadang dirancukan dengan suku bangsa maritim lainnya, Orang Lanun.
Secara historis, Orang
Laut dulunya adalah perompak, namun berperan penting dalam Kerajaan
Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor.
Mereka menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, memandu para pedagang ke
pelabuhan Kerajaan-kerajaan tersebut, dan mempertahankan hegemoni mereka di
daerah tersebut.
Bahasa Orang Laut
Bahasa Orang Laut memiliki kemiripan
dengan Bahasa Melayu dan digolongkan sebagai Bahasa Melayu Lokal. Saat ini mereka umumnya
bekerja sebagai nelayan. Seperti suku Bajau Orang Laut kadang-kadang dijuluki sebagai "kelana laut", karena
mereka hidup berpindah-pindah di atas perahu.
Sejarah
Orang Laut memegang peranan penting
dalam mendukung kejayaan kerajaan-kerajaan di Selat Malaka. Pada zaman Sriwijaya mereka berperan sebagai pendukung imperium tersebut. Dengan
klaim sebagai keturunan raja-raja Sriwijaya sultan Malaka berhasil mendapatkan
dukungan dan kesetiaan Orang Laut. Sewaktu Malaka jatuh mereka meneruskan
kesetiaan mereka kepada keturunan sultan Malaka yang kemudian mendirikan
Kesultanan Johor. Saat Belanda bermaksud menyerang Johor yang mulai bangkit
menyaingi Malaka--yang pada abad ke-17 direbut Belanda atas --Sultan Johor
mengancam untuk memerintahkan Orang Laut untuk menghentikan perlindungan Orang
Laut pada kapal-kapal Belanda.
Pada 1699 Sultan Mahmud Syah, keturunan
terakhir wangsa Malaka-Johor, terbunuh. Orang Laut menolak mengakui wangsa
Bendahara yang naik tahta sebagai sultan Johor
yang baru, karena keluarga Bendahara dicurigai terlibat dalam pembunuhan
tersebut. Ketika pada 1718 Raja Kecil, seorang petualang Minangkabaumengklaim
hak atas tahta Johor, Orang Laut memberi dukungannya. Namun dengan dukungan
prajurit-prajurit Bugis Sultan Sulaiman Syah
dari wangsa Bendahara berhasil merebut kembali tahta Johor. Dengan bantuan
orang-orang Laut (orang suku Bentan dan orang Suku Bulang) membantu Raja Kecil
mendirikan Kesultanan Siak,
setelah terusir dari Johor.
Pada abad ke-18 peranan Orang Laut
sebagai penjaga Selat Malaka untuk Kesultanan Johor-Riau pelan-pelan digantikan oleh suku Bugis.