Sering kita mendengar klaim tentang asal usul berdirinya Sriwijaya
Klaim itu antara lain dari:
1. Klaim Sriwjaya berasal dari kerajaan Malayu (Kandis)
2. Klaim Sriwijaya berasal dari kerajaan Salakanagara (Taruma)
3. Klaim Sriwijaya berasal dari kerajaan Holing
4. Klaim Sriwijaya berasal dari kerajaan Champa
5. Klaim Sriwjaya berasal dari kerajaan Langkasuka (Kelantan)
Admin disini hanya akan menerangkan klaim yang berdasarkan geografis negara yang berdiri sekarang ( Indonesia dan Malaysia) untuk menghindari banyaknya kajian yang memerlukan studi yang sangat banyak.
Menurut beberapa sejarahwan Malaysia, Negeri Kelantan- Salah satu Negara / Kerajaan tertua di Malaysia- sangat berkaitan erat dengan Budaya Jawa di Indonesia, mereka mengklaim bahwa Budaya Jawa sebenarnya adalah berasal dari Kelantan ( Malaysia), Hal ini dapat mereka telusuri dari kajian Sejarah Aji Saka (Sejarah Jawa oleh Rafless) dan kemiripan Budaya Jawa dan Budaya negeri Kelantan.
Kelantan purba dikenali dengan gelaran Jawa Kotti yang bermaksud ‘TITIK JAWA’. Menurut mereka,
pada zaman yang paling awal dalam tahun Masehi, pusat penyebaran budaya Melayu dan Jawa berpusat di Kelantan. Ini kerana zaman dahulu kala Kelantan dikenali orang sebagai Jawa Kotti ( Jawa Point). Kalau menurut dalam “Ikhtisar Sejarah Kelantan” oleh Abdul Razak Mahmud (Ustaz Mat), Bab 2, muka surat 7 & 8, negeri Kelantan dikatakan bernama “Medang Kamulan”. Dalam History Of Java oleh Stamford Raffles muka surat 74, pada lebih kurang tahun 600 Masehi seorang lelaki bernama Aji Saka dari negara asing ( quote: Aji Saka from a foreign country) datang ke Jawa dan memerintah.
Menurut Rafless bahwa Aji Saka dari Medang Kamulan.
” The controversy over the true location of Sri Wijaya arises because of the fact that after the death of Maharaja Sri Jayanaga around 692, during the mission to capture Jawa Island, Sri Wijaya seems to have been divided into two states. The eldest son Maharaja Dipang ruled over Amdan Negara, that is, the Malay Isthmus, probably Kelantan/Kedah. The second son, Maharaja Dhiraja, ruled the islands (Sumatera and other islands of the Indonesian archipelago), based at Palembang. After the division into east and west, the name of Sri Wijaya remained in Sumatera, but on the Malay peninsula, a poetic title emerged for the Kelantan/Kedah area, namely, Tanah Serendah Sekebun Bunga (Valley of Flower Garden Land). This title is still found in traditional performing arts such as Mak Yong dance, Wayang Kulit puppet theatre, etc. By 730 the capital of Sri Wijaya in Sumatera moved from Palembang, known as Langkapura, to Kota Mutajap near the river mouth of Jambi in Sumatera.
It is reasonable to speculate that some elements of the Sri Wijayan culture originated in Sumatera, but later spread to other parts of South East Asia from Kelantan/Kedah. Yawakoti meaning Jawa Point, is situated at Bukit Panau hill along the upper Kelantan river near Pergau; some believe this place to be from which Jawanese politics and culture spread out. Jawa Duipa, an ancient name for Kelantan means Tanah Jawa (“land owned by the Jawanese”), or Kawasan Jawa (“Jawanese area”).
Al Tabari states that the word Jawa or Jva was used more widely in ancient times. Jawa in those days meant “Jawanese culture” (i.e. Malay culture), including its centres on the Isthmus, as compared to now when Jawa only refers to Jawa Island in Indonesia. According to one tradition, the Jawanese moved down from Kemboja and spread out to the archipelago.”
Hal diatas adalah klaim bahwa Sriwijaya berasal dari Langkasuka (Kelantan).
Patut diingat bahwa ketika Sri Jayanaga menyerang Sumatera dan Jawa, kerajaan Malayu berada di bawah kekuasaannya, Hal ini dapat dibaca dari Catatan I Tsing yang menyebut bahwa dirinya berkunjung ke Sriwijaya melalui (melewati) kerajaan Malayu.
Berdasarkan beberapa sejarahwan Indonesia, Medang Kamulan adalah kerajaan Mitologis karena tidak pernah ditemukan bukti-bukti fisik keberadaannya.
Sumber-sumber mengenai kerajaan ini hanya berasal dari cerita-cerita rakyat, misalnya dalam legenda Loro Jonggrang, dan penyebutan oleh beberapa naskah kuno. Cerita pewayangan versi Jawa menyebutkan bahwa Medang Kamulan adalah tempat bertahtanya Batara Guru. Dalam legenda Aji Saka, Medang Kamulan adalah negeri tempat berkuasanya Prabu Dewata Cengkar yang zalim.
Cerita rakyat lain, di antaranya termasuk legenda Loro Jonggrang dan berdirinya Madura, menyatakan bahwa Medang Kamulan dikuasai oleh Prabu Gilingwesi.
Tradisi Sunda
Dalam legenda Sunda, kerajaan ini merupakan pendahulu Kerajaan Galuh.
Legenda Aji Saka
Legenda Aji Saka sendiri menyebutkan bahwa Bledug Kuwu di Kabupaten Grobogan adalah tempat munculnya Jaka Linglung setelah menaklukkan Prabu Dewata Cengkar.
Bujangga Manik
Baris ke-782 dan 783 dari naskah kedua Perjalanan Bujangga Manik dari abad ke-15 menyebutkan bahwa setelah Bujangga Manik meninggalkan Pulutan (sekarang adalah desa di sebelah barat Purwodadi, Jawa Tengah) ia tiba di "Medang Kamulan". Selanjutnya, dikatakan pula bahwa setelah menyeberangi Sungai Wuluyu, tibalah ia di Gegelang yang terletak di sebelah selatan Medang Kamulan.[4] Naskah inilah yang pertama kali menyebutkan bahwa memang ada tempat bernama Medang Kamulan, meskipun tidak dikatakan bahwa itu adalah kerajaan.
Serat Centhini
Serat Centhini menyebutkan lokasi istana Medang Kamulan di barat laut daerah Kasanga, yaitu tempat kematian Jaka Linglung. Jayengresmi tidak dapat lagi menemukan sisa-sisa istana karena semuanya telah berubah menjadi tanah dan ditutupi hutan lebat.
Kemungkinan sebagai kerajaan historis
Van der Meulen menduga, walaupun ia sendiri tidak yakin, bahwa Medang Kamulan dapat dinisbahkan kepada "Hasin-Medang-Kuwu-lang-pi-ya" yang diajukan van Orsoy, dalam artikelnya tentang Kerajaan "Ho-Ling" yang disebut catatan Tiongkok. Hal ini membuka kemungkinan bahwa Medang Kamulan barangkali memang pernah ada.
Terdapat suatu kemungkinan bahwa penyebutan nama Kerajaan Medang Kamulan dalam sejumlah legenda dan mitologi Jawa merupakan sisa-sisa ingatan masyarakat Jawa terhadap suatu kerajaan kuno bernama "Medang", yang sebenarnya adalah suatu kerajaan historis bernama Medang yang ada antara abad ke 8-11 Masehi.