Sumber di pemerintahan Saudi yang diwawancarai Stasiun Televisi Al Arabiya, Minggu (28/6), menyatakan fenomena pembelian piring plastik ini karena ketatnya pasokan pembantu rumah tangga asing.
"Peralatan dapur dari plastik itu lebih praktis, sehingga mereka tinggal membuangnya setelah makan. Keluarga Saudi tidak perlu mencuci dan bersih-bersih sendiri," ungkapnya.
Persoalan ketergantungan keluarga kelas menengah di Saudi terhadap PRT asing, baik dari Indonesia, Filipina, hingga Ethiopia masuk dalam taraf akut.
Salah satu pejabat pemerintah Saudi mengatakan mereka tidak bisa berkutik untuk mengubah kebiasaan manja tersebut. "Begitu bergantungnya keluarga Saudi dengan PRT, maka para majikan pun menerima kenaikan gaji dan jam kerja yang semakin ringan," ungkapnya.
Di pasar tenaga kerja resmi, jumlah PRT yang tersedia di Saudi berkurang. Apalagi setelah Indonesia menghentikan pengiriman TKI untuk formasi pembantu rumah tangga.
Kondisi ini memicu praktik PRT ilegal. PRT gelap ini rata-rata disewakan oleh sang majikan dengan tarif per jam, antara 25 Riyal hingga 40 riyal. Dari pelbagai tenaga kerja asing, pembantu asal Indonesia yang jadi rebutan di pasar gelap tersebut karena kualitas pekerjaannya dianggap paling mumpuni.
"Permintaan untuk pembantu asal Indonesia sangat tinggi. Jika ada yang berani menyelundupkan TKI ilegal butuh dana hingga 35 ribu Riyal," kata salah satu sumber pemain di pasar PRT ilegal.
Dikabarkan TKI yang nekat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Saudi menggunakan visa umroh. Mereka itulah kemudian yang disalurkan pemain pasar gelap ke rumah tangga.