hello

Monday, 20 April 2015

Napak Tilas ke Rembang Lasem, Mengingat Sentimentalitas Pada Kartini

Memang, sosok Kartini di Rembang adalah Kartini yang "kalah". Ia menjadi istri kedua Bupati Rembang dan meninggal di sini setelah melahirkan anak pertamanya. Sekalipun demikian, pikiran-pikiran Kartini tergolong teramat dahsyat pada masanya, bahkan hingga saat ini.



Dukungan industri kerajinan di Rembang sebenarnya kuat. Industri kerajinan bordir di sini sudah memasuki pasar Timur Tengah. Industri kerajinan logam, berupa sepeda atau becak mini, Rembanglah yang memulainya, tetapi justru Yogya -pasar awal kerajinan itu-yang mampu mengembangkannya.
Yang paling terkenal dari sini adalah objek yang dikategorikan sebagai objek "wisata agama dan budaya".



Sejumlah petilasan Sunan Bonang (yang nama aslinya R Makdum Ibrahim, wafat pada Tahun 1525 Masehi) ada di sini, baik berupa makamnya di Desa Bonang Kecamatan Lasem, ataupun tempat yang sering digunakan untuk ber-halwat (bertapa)-nya, berupa 4 buah batu besar di dalam musala.



Tidak hanya peninggalan Islam, di Rembang juga ada Klenteng Tjoe Hwie Kiong (Mak Co) terletak di desa Tasik agung, Kecamatan Rembang 1,5 km dari alun-alun kota Rembang. Lokasinya berada di tepi sungai Karanggeneng menghadap ke laut. Klentheng ini didirikan tahun 1841 oleh Kapten Lie. Keistimewaan klentheng ini dilengkapi dengan dua menara kembar yang tidak terdapat pada klentheng-klentheng yang lain. Menara ini befungsi sebagai penunjuk arah para nelayan.

Selain itu ada Klenteng Dasun, yang terletak di Desa Dasun Kecamatan Lasem, yang diyakini sebagai klenteng terindah di negeri ini. Ada pula Vihara Ratanavana Arama yang terletak di daerah pengunungan Desa Sendangcoyo, lagi-lagi di Lasem. Bangunan itu berdiri di atas hamparan lahan berbukit yang sangat luas, merupakan tempat beribadat bagi pemeluk Budha. Di lokasi tersebut disamping bangunan Vihara juga dilengkapi berbagai patung Budha, khususnya pada sisi kanan dan kiri jalan setapak yang menghubungkan dengan bangunan candi. Di dasar Candi dimakamkan Bhante Sudhammo Mahathera.
Lasem, sekalipun saat ini terkenal sebagai daerah yang kuat dalam bisnis perdagangan dan angkutan, tetap memiliki kekuatan sebagai objek budaya yang kaya. Pembuatan batik, salah satunya, tetap tetap bertahan dengan pola lamanya, baik motif maupun cara pembuatannya. Tetapi kegigihan mempertahankan motif dan cara itu memiliki tantangan yang serius dalam pengembangannya.

Kandungan Sejarah
Pantai Kartini sendiri sebenarnya adalah sebuah situs sejarah. Tempat itu dibangun oleh pihak kolonial Belanda, dan menjadi pusat pemerintahannya. Dari tempat itu, pemerintah Hindia Belanda bisa mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Rembang maupun Lasem.

Renovasi telah dilakukan beberapa kali terhadapnya. Pada 1979 ada tambahan prasarana bermain anak-naka. Tahun 1992 dibangun gardu pandang, talud pantai, dan lainnya. Namanya pun dirubah menjadi Taman Rekreasi Pantai Kartini.

Saat ini, tempat itu menjadi bagian integral kawasan bahari terpadu, yang digalakkan pembangunan di era otonomi daerah. Beberapa polesan terasa memperindah kawasan itu. Belum lagi jika dilengkapi kolam renang, akuarium laut, tambatan perahu wisata sebagaimana direncanakan. Kalau itu terwujud, Taman Rekreasi Pantai Kartini pasti akan menjadi tempat jujugan untuk melepas lelah dalam perjalanan panjang antar kota.

Tanpa fasilitas itu pun pendapatan Taman Rekreasi Pantai Kartini dari tahun ke tahun meningkat. Pada tahun 2000, kurang dari Rp 50 juta, pada tahun lalu telah melebihi Rp 700 juta. Sentuhan-sentuhan yang kreatif terhadap objek itu, niscaya akan meningkatkan pendapatannya.
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger